Hariannet.co.id, Jakarta, – Rabu, 14 Mei 2025 Sambil menyeruput kopi hotel bintang empat dengan panorama ibu kota, 38 dokter dan bidan dari Pandeglang mengikuti pelatihan penting bertajuk “Pelayanan Kesehatan bagi Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak”. Lokasinya? Ballroom elegan BW Kemayoran Hotel & Convention, Jakarta—jauh dari desa, dekat dengan pusat perbelanjaan.
Acara empat hari yang dimulai sejak 13 Mei itu tentu saja punya tujuan mulia. Tapi publik tampaknya lebih tertarik pada menu prasmanannya daripada materi pelatihannya. Pasalnya, kegiatan yang dibiayai uang rakyat ini malah memancing tanya: “Mengapa harus di hotel mewah? Dan mengapa seperti gelap-gelapan?”
Pelatihan atau Liburan Berpakaian Rapih ?
Kebetulan (atau tidak), pelatihan ini bertepatan dengan ulang tahun ke-3 organisasi media Pro Jurnalismedia Siber (PJS), yang juga digelar di hotel yang sama, hanya beda lantai. Kebetulan yang sungguh manis—saking manisnya, wartawan yang mencoba meliput pun ditolak masuk, seperti tamu tak diundang di pesta pribadi.
“Bagus sih tujuannya, cuma auranya kok kayak acara keluarga besar yang dirahasiakan,” ujar seorang jurnalis yang akhirnya hanya bisa nongkrong di lobi.
Transparansi: Masih dalam Tahap Konsultasi Spiritual?
Sampai berita ini diturunkan, Dinkes Pandeglang belum memberikan:
Rincian anggaran hotel, konsumsi, dan transport. Daftar hadir peserta dan pemateri
SPT dan SPJ yang bisa ditelusuri
Tapi jangan khawatir, kata beberapa pihak, semua data itu “nanti juga ada, kalau sudah tenang”. Mungkin kalau publik sabar, anggaran pun akan ikut sabar.
Pandeglang ke Jakarta: Demi Apa?
Alih-alih memanfaatkan aula puskesmas atau balai desa yang—meski tak berpendingin udara—lebih hemat, pelatihan ini memilih hotel ber-AC sentral. Salah satu warga bertanya di media sosial: “Ini pelatihan atau test drive fasilitas hotel?”
Sekjen PJS Banten, T. Budi. St., ikut angkat suara. Ia menyebut kegiatan ini tak mencerminkan efisiensi, malah seperti “kegiatan pendidikan rasa liburan”.
Apa Kata Publik?
Beberapa usulan muncul dari masyarakat dan aktivis:
Ajukan permintaan dokumen ke PPID, bukan ke dukun
Inspeksi puskesmas, jangan cuma inspeksi buffet hotel
Bentuk tim pemantau independen: LSM, media, dan warga (yang tidak diundang ke hotel)
Penutup: Kekerasan Tidak Bisa Dilawan dengan Kerahasiaan
Pelatihan seperti ini tentu penting. Tapi kalau niat baik dibungkus dengan kemasan mahal, tertutup, dan minim transparansi—siapa yang akan percaya dampaknya benar-benar nyata?
Seorang pakar menegaskan: “Perjuangan melawan kekerasan tidak bisa dipisahkan dari integritas dalam mengelola anggaran. Kalau tidak terbuka, ya sama saja membungkam dengan cara yang lebih elegan.”
Sementara itu, Kepala Dinkes Pandeglang saat dihubungi via WA dan telepon, masih belum muncul notifikasi “sedang mengetik”.(Hamzah)